Oleh Gladys Mangkuliguna

Ibu bekerja dan tidak dapat menyusui secara langsung? Jangan khawatir, ASI dapat disimpan untuk diberikan nanti ketika bayi membutuhkan. Namun, penyimpanan ASI tentu tidak sembarangan. Terdapat beberapa persyaratan dalam penyimpanan ASI yang tentunya harus diperhatikan untuk mempertahankan kualitas serta komposisinya yang unik sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi sang bayi. Yuk, mari kita simak cara menyimpan ASI perah yang baik dan benar ini.

Apa saja yang harus disiapkan?

Pertama, ibu harus menyediakan kontainer plastik maupun botol kaca dengan tutup yang rapat atau plastik khusus untuk penyimpanan ASI yang tidak mengandung bisphenol A (BPA-free). Wadah kaca maupun kontainer plastik harus dicuci bersih dengan sabun dan direndam air panas serta dikeringkan terlebih dahulu dengan cara diangin-anginkan. Jangan menggunakan lap untuk menghindari kontaminasi dari lap yang kotor. Jangan lupa pula untuk selalu menuliskan tanggal pemerahan ASI pada kontainer maupun plastik penyimpanan.

Sebelum memerah ASI, pastikan payudara ibu dan juga alat pemompa ASI yang akan digunakan sudah dicuci bersih. Cucilah tangan dengan sabun ataupun menggunakan sanitizer berbasis alkohol terlebih dahulu sebelum memerah. Isi masing-masing kontainer sebanyak ASI yang biasanya dikonsumsi pada sekali pemberian dan hindari mengisi kontainer terlalu penuh sebab ASI dapat memuai pada saat dibekukan.

ASI yang baru diperah sebaiknya tidak dicampur dengan ASI yang sudah beku dan jangan bekukan kembali sisa ASI yang tidak habis. Lakukan pemerahan ASI setiap 3 jam sekali atau pada saat payudara sudah terasa penuh. Warna ASI dapat bervariasi terutama pada ibu yang merokok, namun hal lain seperti makanan yang dikonsumsi maupun suhu yang dingin saat penyimpanan juga dapat mempengaruhi warna ASI.

Dimana kita dapat menyimpan ASI perah sebelum diminum?

Apabila ASI diletakkan di atas meja dalam ruangan, maka jangan lupa untuk membalut kontainer ASI dengan handuk dingin. ASI yang diletakkan di atas meja dapat bertahan selama kurang lebih 6-8 jam. Jika ibu memerah ASI di kantor atau di tempat yang tidak memiliki lemari pendingin, simpanlah kontainer untuk sementara waktu di dalam cooler bag agar tetap dingin. ASI dapat bertahan selama 24 jam di dalam cooler bag. Pastikan es batu menyentuh seluruh permukaan kontainer ASI.

Semakin dingin suhunya, maka ASI akan bertahan semakin lama. Oleh sebab itu, usahakan untuk meletakkan kontainer pada bagian paling dalam lemari pendingin atau freezer agar suhunya selalu stabil. ASI dapat bertahan selama 5 hari jika diletakkan pada lemari pendingin dan selama 2 minggu di dalam freezer yang menyatu dengan lemari es. Apabila diletakkan pada freezer yang berpintu terpisah dari kulkas ASI dapat bertahan cukup lama yakni hingga 3-6 bulan.

Lalu, bagaimana cara menghangatkan ASI yang sudah beku?

Untuk menghangatkan ASI yang dibekukan, pindahkan kontainer ASI yang akan dikonsumsi dari freezer ke lemari es sejak sehari sebelumnya. Hangatkan ASI dengan cara merendam kontainer ASI di mangkuk berisi air hangat selama kurang lebih 20 menit.

Pemanasan ASI menggunakan microwave atau kompor seringkali tidak merata serta menyebabkan timbulnya hotspot pada ASI yang dapat melukai lidah bayi. Selain itu, pemanasan ASI yang terlalu cepat juga dapat mempengaruhi kandungan antibodi dan nutrisi pada ASI. Teteskan ASI pada telapak tangan sebelum diberikan pada bayi anda untuk mengecek kesesuaian suhu ASI.

Referensi

Proper Handling and Storage of Human Milk https://www.cdc.gov/breastfeeding/recommendations/handling_breastmilk.htm Diakses pada 13 Oktober 2017.

Breast Milk Storage: Do’s and don’ts https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/breast-milk-storage/art-20046350?pg=1 Diakses pada 13 Oktober 2017.

Breast Milk Stogare http://www.medelabreastfeedingus.com/article/9/milk-collection-%26-storage Diakses pada 13 Oktober 2017.