Pentingnya Imunisasi Difteri
Oleh: dr. Yurika Elizabeth Susanti
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sedang marak diberitakan atau dibicarakan akibat adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang terjadi di Jawa Timur dan juga tersebar di daerah lainnya seperti Pontianak dan Banjarmasin. Kasus difteri tersebut dikabarkan telah ditemukan di 20 provinsi yang tersebar di Indonesia. Saat ini, pemerintah sedang gencar untuk melaksanakan ORI (Outbreak Response Immunization) terutama di Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat karena potensi transmisi penyakit menular masih tinggi. Transmisi yang tinggi itu didorong oleh padatnya jumlah penduduk, jumlah, dan tingginya mobilisasi di tiga provinsi tersebut. Di DKI Jakarta dilaporkan adanya kasus difteri sebanyak 22 kasus. Di Jawa Barat terdapat 123 kasus dengan 13 kematian yang tersebar di 18 kabupaten/kota. Selain itu, di Banten terdapat 63 kasus dengan 9 kematian.
Munculnya penyakit tersebut menandakan bahwa program imunisasi yang selama ini dilakukan pemerintah ternyata belum memenuhi target. Pencegahan difteri melalui program imunisasi dinilai penting untuk menghindari penyakit difteri pada anak yang dapat berakibat fatal karena toksin yang dihasilkan dari kuman penyebab difteri.
Apa itu difteri?
Difteri adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Bakteri tersebut menghasilkan toksin yang nantinya dapat meluas ke seluruh tubuh. Toksin bakteri tesebut dapat menyebabkan tejadinya kerusakan jaringan setempat dan menyebabkan terjadinya suatu selaput yang dapat menyumbat jalan napas. Selain itu, toksin tersebut juga dapat beredar di dalam aliran darah dan mengakibatkan berbagai macam komplikasi lainnya seperti miokarditis (radang pada salah satu lapisan jantung) serta kelainan darah seperti trombositopenia (penurunan jumlah trombosit).
Gejala dan tanda dari difteri diantaranya demam (suhu tubuh ± 38?C), munculnya selaput di tenggorokan yang berwarna putih keabu-abuan dan mudah berdarah jika dilepaskan, sakit ketika menelan. Gejala tersebut dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher yang disebut bullneck. Selain itu, dapat ditemukan anak mengalami sesak napas disertai dengan suara mengorok.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui percikan cairan dari saluran pernapasan atau kontak langsung dengan cairan yang keluar dari saluran pernapasan misalnya ketika seseorang bersin atau batuk. Penularan lewat luka terbuka di kulit juga dapat terjadi namun lebih jarang ditemui.
Pemberian imunisasi difteri
Imunisasi difteri diberikan melalui cara disuntikan. Pemberian imunisasi ini disarankan sejak bayi. Imunisasi DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis) merupakan imunisasi yang diberikan pada bayi sebanyak 3 kali yaitu pada usia 2,3, dan 4 bulan. Selain itu, dilakukan imunisasi ulangan berupa booster sebanyak 2 kali yaitu pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Pemerintah juga menyarankan pemberian imunisasi bagi anak Sekolah Dasar (SD) melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Anak sekolah dasar/sederajat kelas 1 wajib mendapatkan 1 kali imunisasi DT sedangkan anak sekolah dasar/sederajat kelas 2 dan 5 wajib mendapatkan imunisasi Td. Selanjutnya, imunisasi ulangan dilakukan setiap 10 tahun termasuk bagi orang dewasa.
Pemberian imunisasi dalam rangka ORI dilakukan tanpa menunggu hasil laboratorium serta tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Luas wilayah ORI adalah minimal tingkat kecamatan dan dilaksanakan 3 putaran dengan jarak pemberian antara putaran pertama dan kedua 1 bulan, dan antara putaran kedua dan ketiga adalah 6 bulan.
Imunisasi yang diberikan dalam rangka ORI tersebut adalah sebagai berikut:
- Anak usia 1 - < 5 tahun menggunakan vaksin DTP-HB-Hib.
- Anak usia 5 - <7 tahun menggunakan vaksin DT.
- Anak usia ? 7 tahun menggunakan vaksin Td.
Setelah imunisasi DTP, kadang-kadang timbul demam, bengkak, dan nyeri ditempat suntikan. Hal tersebut merupakan reaksi normal dan akan hilang dalam 1-2 hari. Obat penurun panas untuk anak boleh diberikan jika anak mengalami demam.
Dimana saya bisa mendapatkan imunisasi difteri?
Dalam rangka mencegah penyebaran difteri lebih lanjut, pemerintah menyediakan imunisasi difteri secara gratis untuk anak usia 1 sampai 18 tahun mulai bulan Desember 2017 di sekolah dan berbagai sarana kesehatan lainnya seperti puskesmas dan posyandu. Segera lakukan imunisasi untuk mencegah anak Anda dari difteri!
Referensi
Pendapat Ikatan Dokter Anak Indonesia Kejadian Luar Biasa Difteri. http://www.idai.or.id/about-idai/idai-statement/pendapat-ikatan-dokter-anak-indonesia-kejadian-luar-biasa-difteri Diakses pada 16 Desember 2017.
Meningkatnya Kasus Difteri, 3 Provinsi Sepakat Lakukan Respon Cepat. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20171206/5523998/meningkatnya-kasus-difteri-3-provinsi-sepakat-lakukan-respon-cepat/ Diakses pada 16 Desember 2017.
Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Diphteria: Causes and Transmission. https://www.cdc.gov/diphtheria/about/causes-transmission.html Diakses pada 16 Desember 2017.
Jadwal Imunisasi 2017. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-2017 Diakses pada 16 Desember 2017.
Himbauan IDAI tentang Peningkatan Kewaspadaan terhadap Kasus Difteri. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/himbauan-idai-tentang-peningkatan-kewaspadaan-terhadap-kasus-difteri Diakses pada 16 Desember 2017.
Imunisasi Efektif Cegah Difteri. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20171204/1223960/imunisasi-efektif-cegah-difteri-2/ Diakses pada 16 Desember 2017.