Alergi Susu Sapi Ternyata Berbeda dengan Intoleransi Laktosa!

Oleh: Widyakarin
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang dapat diberikan pada bayi dalam tahun pertama kehidupannya, namun pada beberapa kondisi tertentu terkadang ASI harus digantikan dengan susu formula yang mayoritas mengandung susu sapi. Ikatan Dokter Anak Indonesia mendefinisikan alergi susu sapi sebagai suatu reaksi yang tidak diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap protein yang terdapat pada susu sapi. Alergi susu sapi ini tentunya berbeda dengan intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa adalah kekurangan enzim laktase yang berfungsi mencerna laktosa sehingga menyebabkan gejala gangguan saluran pencernaan. Sebenarnya apa saja yang membedakan keduanya? Mari kita baca pembahasannya berikut ini!
Bagaimana mengenali gejala alergi susu sapi pada bayi?
Contoh gejala kulit berupa dermatitis atopi pada penderita alergi susu sapi
Gejala yang terjadi umumnya merupakan gejala kulit (50-60%, dermatitis atopik, urtikaria), saluran cerna (50-60%, konstipasi/sulit buang air besar, muntah, diare, buang air berdarah), dan sistem pernapasan (20-30%, batuk, wheezing/mengi). Orang tua dapat membantu mengenali kondisi ini dengan memperhatikan beberapa gejala berikut:
1. Gejala membaik apabila tidak diberikan susu sapi.
2.Gejala berulang yang terjadi dengan pemberian susu sapi.
Gejala alergi susu sapi dapat terjadi dalam 2 jam pertama setelah pemberian susu sapi, atau bahkan 48 jam setelah pemberian susu sapi, oleh karena itu penting bagi orang tua dan dokter untuk memperhatikan gejala dan kondisi di atas.
Untuk membantu menegakkan diagnosis ini, dokter mungkin menggunakan satu atau lebih pemeriksaan tambahan antara lain uji tusuk kulit (skin prick test), pengukuran imunoglobulin E (IgE), atau uji eliminasi dan provokasi.
Bagaimana membedakan alergi susu sapi dengan intoleransi laktosa?
Alergi susu sapi dan intoleransi laktosa sering sulit dibedakan oleh karena penyebab dan gejala yang ditimbulkan memilikin persamaan. Namun penting untuk membedakan kedua penyakit ini karena terapi yang diberikan akan sangat berbeda. Intoleransi laktosa adalah kekurangan enzim laktase yang berfungsi mencerna laktosa sehingga menyebabkan gejala gangguan saluran pencernaan seperti diare, mual, dan kembung, sementara alergi susu sapi merupakan reaksi imun terhadap protein yang terkandung pada susu sapi, umumnya kasein, dan whey. Perbedaan mendasar dari kedua penyakit ini yaitu intoleransi laktosa tidak spesifik disebabkan oleh susu sapi, produk lain yang mengandung laktosa juga dapat memberikan gejala serupa. Selain itu, jarang ditemukan gejala kulit dan sistem pernafasan seperti pada alergi susu sapi. Intoleransi laktosa tidak menyebabkan gejala alergi berat seperti sesak napas dan pembengkakan seperti halnya dapat terjadi pada alergi susu sapi.
Apa yang dapat dilakukan bila bayi memiliki alergi susu sapi?
Prinsip yang harus diingat adalah menghindari bayi mengonsumsi susu sapi dan segala produknya. Jika bayi memiliki alergi susu sapi dan ibu dapat memberikan ASI, maka ASI tetap diberikan namun ibu menghindari konsumsi susu sapi dan produknya seperti keju, mentega, dan yogurt. Ibu dapat mengonsumsi suplementasi kalsium untuk mengganti kandungan kalsium yang biasa didapatkan dari susu. Apabila bayi harus mengonsumsi susu formula karena suatu kondisi, maka hindari produk yang mengandung susu sapi, beberapa formula yang dapat diberikan antara lain formula hidrolisat, formula asam amino, dan susu kedelai.
Referensi
- Diagnosis dan Tata Laksana Alergi Susu Sapi. 2014. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
- Mousan, G. and Kamat, D. 2016. Cow’s Milk Protein Allergy. Clinical Pediatrics, 55(11), pp.1054-1063.
- Fiocchi, A., Dahda, L., Dupont, C., Campoy, C., Fierro, V. and Nieto, A. 2016. Cow’s Milk Allergy: Towards An Update of DRACMA Guidelines. World Allergy Organization Journal, 9(1).
- Lifschitz, C. and Szajewska, H. 2014. Cow’s Milk Allergy: Evidence-based Diagnosis and Management for The Practitioner. European Journal of Pediatrics, 174(2), pp.141-150.