Makanan Masa Batita Mempengaruhi Prestasi Anak, Lho!

Oleh: Olivia Violetta
Ingin anak Anda berkembang menjadi anak yang cerdas? Ya, tentu saja itu harapan setiap orang tua. Dalam artikel ini, kita akan jawab bersama beberapa hal yang menjadi kebingungan orang tua dalam mencapai harapan tersebut.
Bukankah pintar itu keturunan?
Beberapa orang tua berharap kecerdasannya dapat diturunkan ke anak. Selain itu, seringkali kita berusaha memberikan pendidikan terbaik bagi mereka melalui sekolah yang baik dan bermacam – macam kursus. Namun, banyak penelitian sudah dilakukan mengenai faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak, dan hasilnya menyatakan bahwa genetik hanya mendasari 50% perbedaan kecerdasan antar manusia! Jika demikian, apa faktor lainnya? Memang betul, pendidikan menjadi salah satu faktor, namun sebuah penelitian mengatakan bahwa perbedaan gizi-lah yang menjadi alasan mengapa terdapat perbedaan kecerdasan pada setiap orang.
Kekurangan gizi paling sering dialami oleh seorang anak dalam 1000 hari pertama kehidupannya (sejak dalam kandungan sampai dengan usia 24 bulan) karena pada masa inilah tumbuh kembang anak terjadi secara pesat. Tidak tercukupinya kebutuhan gizi anak pada masa ini, dapat berdampak buruk pada kecerdasan, prestasi sekolah, bahkan sampai produktivitas kerja saat dewasa.
Bagaimana cara mengetahui anak saya sudah memiliki gizi yang cukup?
Pertama, kita harus memperbaiki persepsi yang sering keliru mengenai kurangnya gizi pada anak. Kurang gizi tidak selalu digambarkan dengan anak berbadan sangat kurus, tulang iga terlihat jelas, atau perut buncit. Kedua gambar di bawah ini merupakan gambaran anak dengan kekurangan gizi yang berat atau gizi buruk, akibat kekurangan protein (kwashiorkor) maupun karbohidrat (marasmus).
Bagi kita yang tinggal di perkotaan, mungkin jarang menemukan kasus gizi buruk. Namun, bukan berarti anak kita bebas dari kekurangan gizi. Bentuk kurang gizi juga ada yang ringan, digambarkan dengan berat badan kurang, tubuh pendek, atau kekurangan mikronutrien (mayoritas kekurangan vitamin A dan zat besi). Gejala yang harus diwaspadai antara lain:
- Tubuh pendek atau stunting, merupakan salah satu tanda kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Jadi, jika Anda merasa anak Anda lebih pendek dari anak lain usia sebayanya, mulai waspada dan silahkan dibawa ke dokter untuk dinilai status gizinya
- Kekurangan vitamin A dengan gejala awal berupa rabun senja serta muncul bercak putih berbusa di bagian putih mata (Bitot’s spot). Jika hal tersebut tidak ditangani, dapat mengakibatkan kebutaan permanen.
- Kekurangan zat besi yang dapat mengakibatkan kekurangan darah (ditandai dengan pucat atau mudah lelah), sehingga tubuh kekurangan oksigen dalam jangka panjang dan mengganggu perkembangan.
Jika demikian, makanan apa yang harus saya berikan kepada anak saya?
Pada tahun 2011, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dua dari tiga kejadian kurang gizi pada balita diakibatkan karena tidak diberikannya Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, serta pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang terlalu dini/lambat atau pemilihan makanan yang tidak tepat dan tidak higienis. Jadi, selama 6 bulan pertama, usahakan anak Anda mendapatkan ASI eksklusif. Bagi ibu yang sama sekali tidak dapat memberikan ASI karena alasan tertentu, jangan khawatir karena saat ini sudah tersedia Bank ASI yang memfasilitasi anak Anda tetap mendapatkan ASI eksklusif.
Setelah usia anak genap 6 bulan, ASI saja tidak cukup memenuhi kebutuhan gizinya, sehingga harus ditambahkan MPASI yang tepat. Sayangnya tidak ada makanan yang mengandung seluruh kebutuhan gizi tersebut, sehingga sangat penting untuk mengenalkan pola makan bervariasi sejak dini kepada anak, agar terbawa sampai dewasa. Saat inilah tantangan orangtua dalam mempersiapkan makanan dimulai. Tabel berikut dapat menjadi contoh variasi makanan dan gizi yang diperlukan anak Anda.
Makronutrien |
Mikronutrien |
Nasi, gandum, jagung, kentang, roti
Daging merah, ayam, ikan, telur, susu, keju, kacang
Mentega, minyak sayur, kuning telur, minyak ikan, minyak pada daging |
Sayur hijau, wortel, tomat, ikan, hati
Roti, sereal, susu, ikan, daging merah, hati
Jeruk, lemon, tomat, kentang, tauge, stroberi, brokoli, kol
Minyak hati ikan, susu dengan fortifikasi
Minyak sayur, sereal, kacang, buah, sayur, daging
Susu, keju, jagung, brokoli
Daging merah, ayam, ikan, telur, susu, keju
Ikan air asin, garam dengan fortifikasi
Kerang, daging, gandum |
Setelah mengetahui pentingnya gizi dalam perkembangan anak, mari kita upayakan memberikan makanan yang bervariasi sesuai kebutuhan anak kita, agar ia dapat berkembang menjadi anak yang cerdas. Jika mengalami kebingungan, konsultasikan kesulitan Anda dengan petugas kesehatan terdekat.
Referensi
- Ermaneti. Persepsi Masyarakat terhadap Masalah Gizi Buruk dan Pemanfaatan Posyandu Sebagai Fasilitas Pemantauan Status Gizi Balita di Wilayah Kota Padang. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2008.
- Deary IJ. Intelligence. Curr Biol. 2013 Aug 19;23(16):673-6. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0960982213008440 Diakses pada 24 Mei 2018.
- Is Intelligence Determined by Genetics? https://ghr.nlm.nih.gov/primer/traits/intelligence Diakses pada 24 Mei 2018.
- Nelson. Textbook of Pediatrics. Edisi ke-20. Philadelphia: Elsevier, 2016.
- Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. IDAI, 2015.