Memahami Anak dengan Learning Disabilities (Gangguan Belajar)

Oleh: dr. Fitria Mahrunnisa

Sebuah kisah anak dengan kesulitan belajar spesifik (discalculi dan disleksia)

Anak laki-laki saat ini menduduki kelas 3 SD dikeluhkan oleh ibu karena tidak naik kelas dan mendapat nilai jelek pada matematika dan lambat dalam baca tulis. Ibu mengatakan jika anak adalah anak yang penurut, dapat bergaul dengan teman sebaya dan dapat mengikuti kegiatan sekolah dengan baik. Pada pemeriksaan di poliklinik, anak tidak dapat menghitung penjumlahan sedergana, kesulitan untuk membaca dan menulis sering mengulang kata tertentu. Pada kesempatan yang sama, anak menunjukkan hal yang berbeda, sang anak dapat menggambar tokoh mainan kegemarannya dengan sangat detail (seperti tampak pada gambar). Test IQ juga telah dilakukan dengan hasil sebesar 124 yang menunjang pada kecerdasan superior.

Anak dengan gangguan belajar spesifik memiliki kecerdasan normal

Berkaca pada kasus diatas, gangguan belajar spesifik seringkali dikenali secara sederhana oleh masyakarat dalam praktek sehari-hari, yaitu anak yang sulit membaca, anak dengan tulisan berantakan sehingga sulit dibaca, banyak huruf hilang, atau sampai dengan tidak bisa berhitung. Hal tersebut tidak sedikit menjadikan anak-anak dengan gangguan belajar tidak naik kelas dan di cap sebagai anak yang bodoh di masyarakat.

Persepsi masyarakat tersebut adalah salah. Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) 5 menjadi salah satu kriteria dalam mendiagnosis gangguan belajar spesifik adalah tingkat kecerdasan anak dalam batas normal, bahkan tidak sedikit anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Mereka mengalami kesulitan dalam perkembangan secara spesifik pada hal tertentu yang meliputi bidang akademis seperti kemampuan pada area berbahasa tulisan, bahasa lisan, dan bahasa sosial yang disebut dengan disleksia, kesulitan menulis yang disebut disgrafia, dan kesulitan dalam kemampuan anak berhitung yang disebut diskalkulia.

Mengenali masalah anak dengan spesifik dan tatalaksana komprehensif, kunci keberhasilan penanganan anak dengan gangguan belajar

Hal lain yang seringkali luput dicermati adalah kita hanya terfokus pada satu keluhan yang mencolok saja. Misalnya kita hanya terpaku pada perilakunya saja yang dianggap anak nakal, terlalu aktif dan tidak bisa diam atau anak yang tampak membangkang namun luput memperhatikan hal detil bahwa anak tersebut juga mengalami gangguan belajar spesifik baik di area membaca, menulis maupun berhitung. Sebaliknya, orang tua atau guru juga sering hanya terpaku dengan kesulitannya membaca, menulis atau berhitung saja, tapi lupa memperhatikan perilakunya yang tidak bisa diam, impulsif atau tidak fokus. Akibatnya, anak tidak dikelola secara komprehensif, dan tentu saja tidak menunjukkan perbaikan yang bermakna

Anak-anak dengan kondisi gangguan belajar spesifik jika diketahui sejak dini dan mendapatkan intervensi yang sesuai dan komprehensif akan menunjukkan hasil yang sangat baik. Namun sebaliknya, jika mendapatkan penanganan yang lambat, tidak jarang mereka menjadi kasus yang berat disertai dengan penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah yang menimbulkan cemas, stres, depresi pada anak.

Referensi

  1. Pastor PN, Reuben CA. Attention deficit disorder and learning disability: United States, 1997–98. Vital Health Stat 10. 2002; 206: 1–12
  2. Sheryl L. Rimrodt, MD, Paul H. Lipkin, MD. Pedsinreview.aappublications.org. 2011. Vol.32 No.8 August 2011
  3. Handler, SM. Fierson, WM. Joint Technical Report-Learning Disabilities, Dyslexia, and Vision. pediatrics.aappublications.org. 2011. Volume 127, Number 3, March 2011.