Mengenal Lebih Jauh Anak Dengan ADHD

Oleh : dr Stella Yosanie

Apa itu ADHD?

ADHD merupakan singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH). ADHD dikenal sebagai salah satu gangguan perkembangan dalam aktivitas motorik seorang anak, terutama saat belajar dan berinteraksi dengan lingkungan, yang sangat mungkin berlangsung hingga dirinya beranjak dewasa. Singkat cerita, anak dengan ADHD seringkali dikenal sebagai anak dengan ciri khas pribadi yang sulit berkonsentrasi, hiperaktif, dan atau pelupa.

Tiga tipe ADHD pada anak

  • Dominan hiperaktif-impulsif: anak dalam kategori ini memiliki masalah hiperaktivitas dan perilaku yang sifatnya tiba-tiba dan mengikuti kehendak hatinya.
  • Dominan inatentif atau lalai: anak dalam kategori ini sangat menonjol dalam kesulitannya untuk fokus pada satu hal tertentu dan cenderung pasif.
  • Gabungan hiperaktif-impulsif-inatentif: kelompok ini memiliki gejala hiperaktif, impulsif, dan sulit fokus.

Mengapa ADHD bisa terjadi pada seorang anak?

Gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktifitas, termasuk di dalamnya adalah ADHD, merupakan bagian dari sindrom neuropsikiatri yang paling sering dijumpai pada usia prasekolah, dan keduanya dapat kita jumpai secara bersamaan. Hingga sekarang, penyebab pasti gangguan ini masih belum diketahui pasti, banyak ahli yang mengatakan gangguan ini terjadi mungkin sekali diakibatkan pengaruh sistem persarafan, faktor lingkungan, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah atau kondisi selama di dalam kandungan. Ada juga penelitian yang mengatakan bahwa ukuran beberapa belah bagian otak anak dengan ADHD ditemukan lebih kecil daripada ukuran sebenarnya, dan bagian tersebut adalah bagian yang penting untuk mengontrol kognitif dan perilaku anak. Jadi keliru jika dianggap ADHD timbul pada seorang anak yang berperilaku buruk karena kesalahan pola didiknya.

Bagaimana ciri-ciri anak dengan ADHD?

ADHD merupakan kelainan umum yang sebenarnya sangat sering ditemui sehari-hari, namun mungkin penggunaan istilah ADHD sendiri belum dipahami dan tertukar gejala klinisnya satu sama lain. Gejala klinis anak dengan ADHD pada dasarnya akan muncul sejak usia dini, dan bisa menjadi lebih jelas ketika terjadi perubahan kondisi lingkungan di sekitar si anak, misalnya saat mulai sekolah. Gambaran umum yang mudah dikenali misalnya seperti:

  • Sulit untuk mengontrol diri
  • Sulit berkonsentrasi pada satu objek tertentu
  • Tidak bisa duduk tenang dalam waktu tertentu
  • Mudah gelisah
  • Merasa rendah diri jika harus bersosialisasi, sehingga mereka cenderung sulit berinteraksi dengan lingkungan sekitar
  • Sering tidak peka dengan lawan bicara
  • Tidak suka mengikuti instruksi/ peraturan, misal mereka tidak suka jika harus menunggu dalam antrian
  • Terkesan acuh tak acuh dengan lingkungan
  • Sering kehilangan barang-barang yang rutin digunakan
  • Sering mengalami kesulitan akademis. Mereka akan cenderung menghindari tugas yang memerlukan perhatian mental yang panjang, misalnya pekerjaan rumah, sehingga tak jarang prestasi akademis mereka kurang memadai
  • Sering mengganggu orang lain
  • Melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan situasi, misal berlarian, memanjat, berdiri dan berjalan sesuai keinginan mereka
  • Sering menjawab sebelum sebuah pertanyaan selesai diucapkan

Apa yang harus saya lakukan jika anak saya dicurigai mengalami gangguan ADHD?

Tidak ada pemeriksaan khusus untuk mendeteksi ADHD, namun sebaiknya Anda membawa anak anda ke dokter umum, spesialis anak, psikiater anak atau psikolog terdekat, untuk dilakukan pemeriksaan fisik dan psikis demi ditegakannya diagnosis pasti secara tepat, karena untuk mendiagnosisnya memerlukan beberapa informasi dan peran ahli-ahli terkait. Alhasil label negatif pun perlahan bisa dilunturkan dari anak anda jika mendapat penanganan yang tepat.

Apakah anak ADHD bisa disembuhkan?

Pertanyaan ini paling sering ditanyakan orang tua yang sedang mengonsultasikan anak dengan ADHD. Jawabannya adalah anak dengan ADHD dapat dikurangi gejalanya sehingga kehidupan sehari-harinya bisa berjalan tanpa masalah dan sifatnya terkontrol, artinya perbaikan kondisi anak dengan ADHD membutuhkan dukungan terus-menerus baik dari aspek pengobatan, edukasi, pelatihan, serta konseling.

  • Pengobatan

Obat yang digunakan adalah psikosimultan, berfungsi mengontrol hiperaktifitas, kekurangan perhatian anak, memperbaiki perilaku serta hubungan anak dengan keluarga. Contohnya adalah amfetamin, clonidin, desipramine, lithium, carbonat, methyl phenidate, pemoline.

  • Diet khusus

Pengaturan makan untuk anak dengan ADHD biasanya mengutamakan nutrisi yang baik untuk kesehatan otak, pertumbuhan fisik dan imunitas, seperti protein, karbohidrat kompleks, omega 3, dan lemak tak jenuh, serta akan mengurangi gula, alergen seperti gandum, susu dan telur, serta pengawet dan pewarna makanan

  • Edukasi dan pelatihan

Hal ini berupa:

  • Ketrampilan berinteraksi sosial
  • Melatih orang tua dan guru memberikan penghargaan untuk setiap usaha yang anak lakukan
  • Menciptakan suasana nyaman sehingga anak mau membicarakan masalah yang menurut mereka mengganggu, dan menuntun mereka untuk problem solving
  • Poin terakhir ini sangat penting maknanya, yaitu membantu orang tua, saudara dan teman-temannya dalam mengatasi tekanan menghadapi anak dengan ADHD, ciptakan suasana yang kondusif sehingga si anak merasa di terima di dalam lingkungannya dan bimbing mereka untuk berinteraksi dengan sesama.

Referensi

1. Erman. 2002. Gangguan Kurang Perhatian dan Hiperaktifitas pada Anak. Jakarta : Sari Pediatri, Vol 4, No. 2, September 2002: 54-58.

2. Kesulitan Belajar. www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/kesulitan-belajar Diakses pada 8 Februari 2019.