Anak Anda Mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian, Perilaku Impulsif atau Hiperaktivititas? Apakah itu Gejala ADHD?

Oleh: dr. Felicia Anita Wijaya

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas atau biasa dikenal dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan salah satu gangguan neuro-biologis di dalam otak yang terjadi pada masa kanak-kanak dan dapat berlangsung hingga dewasa. Anak-anak dengan ADHD akan mengalami kesulitan untuk memperhatikan (inattention), kesulitan mengendalikan perilaku impulsif (dapat bertindak tanpa memikirkan apa hasilnya), atau anak tersebut menjadi terlalu aktif (hyperactivity). Pada jangka panjang, ADHD yang tidak ditangani akan menyebabkan gangguan tumbuh kembang dan sosial.

Penyebab ADHD tidak diketahui namun menurut penelitian terbaru sebagian besar disebabkan karena faktor genetik. Namun tidak menutup kemungkinan untuk faktor-faktor lain dapat menyebabkan ADHD seperti faktor lingkungan, trauma kepala, paparan zat beracun, mengkonsumsi alkohol saat kehamilan, menghirup tembakau saat kehamilan, kelahiran prematur, dan berat badan bayi lahir rendah. Hal-hal seperti mengkonsumsi gula terlalu banyak, sering menonton televisi, pola asuh yang salah bukan merupakan penyebab utama terjadinya ADHD namun dapat mengakibatkan gejala ADHD semakin berat.

Ciri-ciri anak dengan ADHD adalah kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah, kesulitan memperhatikan sesuatu yang detail, sering kali tidak mau mendengarkan kata-kata orangtua maupun guru, kesulitan mengikuti perintah atau instruksi, kesulitan dalam mengatur tugas dan kegiatannya, kesulitan berteman dengan orang lain, mudah terahlikan, sering lupa dan kehilangan barang. Selain itu, anak dengan ADHD sering merasa gelisah, menjadi terlalu aktif, tidak bisa diam, sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai, sering kali mengubah topik pembicaraan secara tiba-tiba, tidak sabar, sering menyela atau mengganggu pembicaraan orang lain dan sering mengalami kesulitan menunggu giliran. Hal ini dapat menyebabkan anak dengan ADHD mengalami kesulitan untuk sekolah (prestasi sekolah buruk), gangguan bersosialisasi dengan orang lain, kesulitan mencari pekerjaan dan risiko kecelakaan meningkat.

Anak dengan ADHD sulit didiagnosis sebelum usia 3 tahun. Pada umumnya orang tua menyadari hal ini setelah anak mulai sekolah. Memutuskan seorang anak menderita ADHD atau tidak, memerlukan beberapa pemeriksaan karena gejala yang muncul bisa serupa dengan penyakit lain. Oleh karena itu, bila didapatkan satu atau beberapa gejala di atas pada seorang anak maka guru atau orangtua harus segera membawa anak tersebut kepada petugas kesehatan dimana akan dilakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa dan ditindak lanjuti agar mendapatkan terapi yang sesuai dengan kondisi anak tersebut. Terapi ADHD dapat meliputi terapi perilaku dan terapi dengan obat-obatan. Anak-anak dengan ADHD memerlukan bantuan, bimbingan, dukungan dan pengertian baik dari orang tuanya, guru, dan lingkungan sekitar. Alangkah baiknya apabila sejak dini anak yang menunjukkan salah satu atau beberapa ciri ADHD dapat segera mendapatkan terapi sehingga mengurangi gejala tersebut.

Referensi

  1. Division of Human Development and Disability, National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities, Centers for Disease Control and Prevention. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD). 2017. [cited 2018 October 8]. Available from https://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/diagnosis.html.
  2. Diez JAA, Lluch CB, Roura RC, Anguiano MF, Subirachs RG, et al. Clinical Practice Guideline on Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) in Children and Adolescents. Spanish: Ministry of Health and Social Policies. 2010:43-44.
  3. Paternotte A, Buitelaar J. Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Jakarta: Gramedia. 2018.