Disleksia: Mereka Memiliki Hak Untuk Berkembang

Oleh: Naba Fahlan Yakub

Mungkin bagi sebagian orang merasa asing dengan istilah disleksia, tapi semakin berkembanganya kemudahan informasi yang bisa didapatkan, semakin mudah pula informasi mengenai disleksia dikenal oleh publik.

Disleksia sendiri merupakan suatu gangguan belajar pada penderitanya sehingga mengalami kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam identifikasi bagaimana kata- kata yang diucapkan harus diubah menjadi bentuk huruf dan kalimat, maupun sebaliknya.

Pandangan masyarakat

Seringkali yang kita temui dalam keseharian di masyarakat kita adalah, perlakuan yang sangat buruk terhadap penderita disleksia. Hal tersebutlah yang justru membuat kondisi penderita semakin parah secara mental dan pada akhirnya tidak dapat berkembang.

Sebagai contoh adalah perlakuan dari teman sepermainan yang seringkali melecehkan, dari tetangga yang memandang rendah, dan hingga dari guru yang kurang memiliki kesabaran dalam mengajar. Padahal, dalam faktanya adalah penderita disleksia memiliki tingkat kecerdasan normal dan bisa dikembangkan.

Tanda dan gejala disleksia

Disleksia mengenai sekitar 3-5% anak, dari jumlah tersebut lebih sering ditemukan pada anak laki-laki disbanding anak perempuan. walaupun begitu, penderita disleksia pun ditemukan pula pada remaja dan bahkan orang dewasa.

Tanda dan gejala awal yang dapat didiagnosa adalah:

  1. Keterlambatan anak dalam berkomunikasi (pengucapan)
  2. Kesulitan membedakan kanan dan kiri atau sebaliknya
  3. Kesulitan terhadap kata yang hampir sama
  4. Kesulitan dalam mengurutkan sesuatu hal
  5. Kesulitan memahami sebuah petunjuk dan mengingat daftar

Meskipun begitu, bukan berarti jika anak yang memiliki satu atau dua ciri tersebut dapat langsung dikategorikan sebagai penderita disleksia.

Mereka memiliki hak untuk berkembang

Ada sebuah film yang cukup populer yang mengangkat cerita tentang disleksia berjudul Taare Zameen Par (2007). Pada film tersebut, diceritakan bahwa anak yang menderita disleksia seringkali dicap sebagai anak yang “bodoh” tanpa kita tidak pernah tahu ada potensi apa yang dia miliki.

Peran penting bagi kita sebagai masyarakat adalah untuk berhenti menghakimi dan melabeli penderita dengan hal- hal negatif dan berikan kesempatan untuk berkembang:

  1. Penanganan dini

Ketika seorang anak memiliki gejala yang merujuk kearah gangguan disleksia, ada baiknya langsung melakukan pemeriksaan lebih lanjut agar dapat penanganan yang lebih cepat.

  1. Ikut sertakan kepada komunitas/sekolah khusus

Sampai saat ini, pergaulan dalam sekolah konvensional masih seringkali akan menindas para penderita disleksia dan di khawatirkan pula bahwa anak yang menderita disleksia ini akan mengelami ketertinggalan dalam materi belajar.

  1. Berikan motivasi dan semangat kepada penderita

Jangan pernah langsung melabeli anak dengan hal negatif dalam sesuatu yang tidak dapat ia lakukan.

  1. Belajar yang menyenangkan

Jadikan menulis dan membaca adalah hal yang menyenangkan dan lakukan secara perlahan sekaligus berulang- ulang. Berikan contoh gambar beserta tulisan dan bacakan agar mempermudah pemahaman anak terhadap hal tersebut.

  1. Melatih anak berbicara

Tanyakan bagaimana kegiatan di sekolah dan teman- teman sekitarnya, ajak dia berdiskusi tentang apapun mulai dari hewan, langit, laut, dan hal- hal yang ada di sekitar kita.

  1. Arahkan dan cari tahu minat dan bakat dari anak tersebut

Setiap orang memiliki kemampuan dan potensi lain diluar bidang akademik.

Bahkan dari berbagai sumber pun banyak tokoh- tokoh besar dunia yang tercatat menderita disleksia seperti Albert Einstein, Steve Jobs, Tom Cruise, dan Thomas Alva Edison.

Referensi: